Dosen Prodi Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata

Kekhawatiran umum yang sering dihadapi ibu baru adalah, “Apakah ASI saya cukup?” Kabar baiknya, hampir semua ibu mampu memproduksi ASI yang cukup. Kunci produksi ASI terletak pada prinsip supply and demand” (penawaran dan permintaan). Semakin sering ASI dikeluarkan, baik melalui isapan bayi maupun pompa, semakin banyak sinyal yang diterima tubuh untuk memproduksinya.

Jika Anda merasa suplai ASI perlu ditingkatkan, jangan panik. Berikut adalah 7 cara efektif untuk membantu melancarkan dan memperbanyak produksi ASI Anda.

1. Perbaiki Posisi dan Perlekatan (Latch)

Ini adalah fondasi utama. Pelekatan yang salah tidak hanya membuat puting lecet, tetapi juga membuat bayi tidak efisien mengosongkan payudara. Payudara yang tidak kosong sempurna memberi sinyal pada tubuh untuk mengurangi produksi. Pastikan mulut bayi terbuka lebar mencakup sebagian besar areola, bukan hanya putingnya.

2. Susui Sesering Mungkin (On-Demand)

Lupakan jam dinding; ikuti isyarat lapar bayi (feeding on demand). Bayi baru lahir mungkin perlu menyusu 8-12 kali dalam 24 jam. Semakin sering payudara dirangsang dan dikosongkan, semakin kuat sinyal “pesanan” ASI ke otak. Di minggu-minggu awal, jangan biarkan bayi tidur lebih dari 3-4 jam tanpa menyusu.

3. Kosongkan Payudara Secara Efektif

Ingat, payudara yang kosong adalah sinyal untuk mengisi ulang. Biarkan bayi tuntas menyusu di satu sisi (sampai terasa lembut) sebelum menawarkan sisi lainnya. Jika payudara masih terasa penuh atau Anda terpisah dari bayi, gunakan pompa. Memompa 10-15 menit setelah sesi menyusui dapat memberi stimulus ekstra.

4. Lakukan Kontak Kulit ke Kulit (Skin-to-Skin)

Metode sederhana ini sangat ampuh. Meletakkan bayi di dada ibu tanpa kain memicu pelepasan hormon Oksitosin (hormon cinta). Hormon ini krusial untuk refleks keluarnya ASI (let-down reflex) dan membuat ibu rileks, yang keduanya mendukung suplai ASI.

5. Jaga Nutrisi dan Hidrasi Ibu

Tubuh Anda membutuhkan bahan bakar ekstra untuk memproduksi “makanan” bagi bayi. Fokuslah pada makanan bergizi seimbang—kaya protein, lemak sehat, dan serat. Tetap terhidrasi; sediakan sebotol air di dekat Anda. Makanan pelancar ASI (booster) seperti daun katuk boleh dikonsumsi, namun stimulator terbaik tetap isapan bayi.

6. Kelola Stres dan Istirahat Cukup

Stres, cemas, dan kelelahan adalah “musuh” utama Oksitosin. Stres dapat menghambat refleks keluarnya ASI (LDR), membuat ASI seolah “mampet” padahal produksinya ada. Prioritaskan istirahat. Tidurlah saat bayi tidur dan jangan ragu meminta bantuan pasangan.

7. Pijat Laktasi dan Kompres Hangat

Teknik ini membantu melancarkan aliran. Kompres payudara dengan handuk hangat sebelum menyusui. Saat menyusui, lakukan pijatan laktasi dengan lembut—gerakan melingkar dari pangkal payudara ke arah puting—untuk membantu mendorong ASI keluar dan mengosongkan saluran susu.


Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?

Jika Anda telah mencoba semua cara namun tetap khawatir, atau jika bayi menunjukkan tanda dehidrasi (popok basah berkurang, lesu), jangan pernah ragu. Segera hubungi Konselor Laktasi (IBCLC) atau bidan profesional.

Mendapatkan bimbingan dari tenaga kesehatan yang kompeten di masa-masa awal sangatlah penting. Inilah mengapa pendidikan kebidanan berkualitas menjadi vital. Program D3 kebidanan terbaik di jogja yang ada di Universitas Alma Ata, berfokus mencetak bidan-bidan profesional yang tidak hanya ahli dalam mendampingi persalinan, tetapi juga mumpuni dalam manajemen laktasi untuk sukses mendampingi ibu dan bayi.

Penutup

Perjalanan menyusui adalah milik Anda. Setiap tetes ASI berharga. Percaya pada tubuh Anda, terapkan tips ini, dan yang terpenting, jangan ragu meminta dukungan dari profesional kesehatan yang terlatih.

Referensi:

Ikatan Dokter Anak Indonesia. (n.d.). ASI. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/asi

La Leche League International. (n.d.). Increasing milk supply. https://www.llli.org/breastfeeding-info/increasing-milk-supply/World Health Organization. (2024, 2 Agustus). Breastfeeding. https://www.who.int/health-topics/breastfeeding