Dosen Prodi Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata
Bagi banyak pasangan yang mendambakan buah hati, menjalani serangkaian tes kesuburan adalah perjalanan yang menegangkan. Ada harapan besar bahwa setelah semua prosedur tes darah, analisis sperma, pemeriksaan rahim, dan pengecekan saluran tuba sebuah jawaban pasti akan muncul. Sebuah “masalah” yang jelas akan ditemukan, dan sebuah “solusi” yang spesifik akan ditawarkan.
Namun, apa yang terjadi ketika dokter menatap Anda dan berkata, “Semua hasil tes Anda, baik suami maupun istri, tampak normal”?
Inilah skenario yang membingungkan dan seringkali membuat frustasi, yang dikenal dalam dunia medis sebagai Infertilitas Idiopatik atau Unexplained Infertility. Ini adalah diagnosis ‘tanda tanya’, sebuah teka-teki kesuburan di mana semua bagian tampak pas, tetapi gambaran utuhnya (kehamilan) tak kunjung terbentuk.
Apa Sebenarnya ‘Unexplained Infertility’?
Infertilitas idiopatik bukanlah diagnosis yang langka. Faktanya, kondisi ini memengaruhi sekitar 15% hingga 30% pasangan yang mencari bantuan untuk masalah kesuburan. Diagnosis ini diberikan ketika definisi medis dari infertilitas telah terpenuhi yaitu, gagal hamil setelah 12 bulan mencoba secara teratur tanpa kontrasepsi (atau 6 bulan jika wanita berusia di atas 35 tahun) dan semua pemeriksaan kesuburan standar tidak menunjukkan kelainan.
Pemeriksaan standar yang “normal” ini biasanya mencakup empat pilar utama:
- Ovulasi yang Teratur: Tes darah (seperti progesteron) dan pelacakan siklus menunjukkan bahwa wanita melepaskan sel telur (ovulasi) setiap bulan.
- Analisis Sperma Normal: Pria memiliki jumlah, pergerakan (motilitas), dan bentuk (morfologi) sperma yang berada dalam rentang normal.
- Saluran Tuba Paten: Melalui pemeriksaan seperti HSG (Hysterosalpingography), dipastikan saluran tuba falopi wanita tidak tersumbat dan sperma bisa bertemu sel telur.
- Rongga Rahim Normal: Tidak ada masalah struktural signifikan di dalam rahim (seperti fibroid besar, polip, atau jaringan parut) yang akan menghalangi implantasi embrio.
Ketika keempat pilar ini dinyatakan “baik” namun kehamilan belum terjadi, itulah yang disebut “teka-teki” infertilitas idiopatik.
Mengurai Teka-Teki: Penyebab yang “Tersembunyi”
Penting untuk dipahami: “Tidak terjelaskan” bukan berarti “tidak ada alasan.”
Itu hanya berarti bahwa dengan teknologi diagnostik yang kita gunakan saat ini, alasan pastinya belum dapat teridentifikasi. Dokter dan peneliti percaya bahwa ada banyak faktor “halus” atau tersembunyi yang mungkin berperan di balik layar.
Beberapa tersangka utamanya adalah:
- Masalah Kualitas Sel Telur: Tes hanya bisa memastikan apakah ovulasi terjadi, bukan kualitas sel telur yang dilepaskan. Kualitas sel telur (terutama menurun seiring bertambahnya usia) sangat penting untuk menciptakan embrio yang sehat.
- Masalah Kualitas Sperma: Analisis sperma standar tidak memeriksa segalanya. Sperma mungkin terlihat normal di bawah mikroskop, tetapi memiliki tingkat kerusakan DNA (fragmentasi DNA sperma) yang tinggi, yang dapat menghambat pembuahan atau perkembangan embrio.
- Kegagalan Fertilisasi: Sperma dan sel telur mungkin bertemu di saluran tuba, tetapi karena alasan biokimiawi, keduanya gagal melakukan “jabat tangan” yang diperlukan untuk pembuahan.
- Masalah Implantasi: Embrio yang sehat mungkin telah terbentuk, tetapi gagal menempel (implantasi) pada dinding rahim. Ini bisa disebabkan oleh masalah pada “jendela implantasi” atau reseptivitas (daya terima) lapisan endometrium.
- Endometriosis Ringan: Kasus endometriosis yang sangat ringan mungkin tidak terdeteksi oleh USG atau HSG, tetapi tetap dapat menciptakan lingkungan inflamasi (peradangan) di panggul yang “toksik” bagi sperma, sel telur, atau embrio.
- Faktor Imunologi: Sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif (autoimun) terkadang bisa keliru menyerang sperma atau embrio, menganggapnya sebagai benda asing.
Dari “Mengapa” ke “Bagaimana”: Langkah Selanjutnya
Mendapatkan diagnosis ini bisa terasa seperti menemui jalan buntu, tetapi sebenarnya tidak. Ini adalah titik di mana fokus bergeser: dari “Mencari tahu mengapa ini terjadi” menjadi “Mencari tahu bagaimana kita bisa mengatasinya.” Pilihan perawatan untuk infertilitas idiopatik bersifat empiris (berdasarkan apa yang terbukti berhasil secara statistik) dan biasanya dilakukan secara bertahap.
1. Perubahan Gaya Hidup
Ini adalah fondasi yang tidak boleh diabaikan. Mencapai berat badan ideal, mengelola stres, berhenti merokok, mengurangi alkohol, dan menerapkan pola makan sehat terbukti dapat meningkatkan kesuburan alami pada beberapa pasangan.
2. Stimulasi Ovarium dan Hubungan Terjadwal
Bahkan jika Anda berovulasi normal, dokter mungkin meresepkan obat kesuburan (seperti Clomiphene atau Letrozole). Tujuannya adalah untuk “memaksimalkan peluang” dengan memproduksi lebih dari satu sel telur matang (disebut superovulasi), sehingga meningkatkan target untuk sperma.
3. Inseminasi Intrauterin (IUI)
Ini adalah langkah yang paling umum diambil.
- Wanita kembali menggunakan obat stimulasi ovarium.
- Saat ovulasi, sampel sperma terbaik (yang telah “dicuci” di laboratorium) disuntikkan langsung ke dalam rahim.
- Logikanya: IUI menempatkan sperma berkualitas tinggi dalam jumlah besar sedekat mungkin dengan sel telur, memotong waktu dan rintangan perjalanan mereka.
4. In Vitro Fertilization (IVF) atau Bayi Tabung
IVF seringkali menjadi pengobatan paling efektif untuk infertilitas idiopatik karena mampu “melewati” hampir semua teka-teki yang tersembunyi.
- Pembuahan: IVF memastikan pembuahan terjadi dengan mempertemukan sel telur dan sperma di cawan laboratorium.
- Pemantauan: Dokter dapat memantau apakah embrio berkembang dengan baik.
- Transfer: Embrio dengan kualitas terbaik dipilih dan ditempatkan langsung ke dalam rahim, melewati saluran tuba dan masalah transportasi.
Referensi
American Society for Reproductive Medicine. (2020). Infertility workup for the infertile couple: A committee opinion. Fertility and Sterility, 113(3), 515–523. https://doi.org/10.1016/j.fertnstert.2019.11.016
Bhattacharya, S., Marcus, N., & McLernon, D. J. (2019). Prognosis and treatment of unexplained infertility. The Obstetrician & Gynaecologist, 21(2), 127–134. https://doi.org/10.1111/tog.12557
Cleveland Clinic. (2022, November 29). Unexplained infertility: Causes, symptoms, diagnosis & treatment. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24458-unexplained-infertility
Practice Committee of the American Society for Reproductive Medicine. (2020). Management of unexplained infertility: a committee opinion. Fertility and Sterility, 114(1), 80–85. https://doi.org/10.1016/j.fertnstert.2020.03.018Sharma, R., Biedenharn, K. R., Fedor, J. M., & Agarwal, A. (2023). Sperm DNA fragmentation in unexplained infertility: A systematic review and meta-analysis. Journal of Assisted Reproduction and Genetics, 40(4), 869–885. https://doi.org/10.1007/s10815-023-02758-y