Bukan Sekadar Pubertas: Masa Remaja dan Kesehatan Mental yang Harus Dijaga

Bukan Sekadar Pubertas: Masa Remaja dan Kesehatan Mental yang Harus Dijaga

Oleh Lia Dian Ayuningrum, S.ST., M.Tr.Keb

Masa remaja sering kali dikaitkan dengan pubertas — masa perubahan fisik yang menandai peralihan menuju kedewasaan. Namun di balik perubahan tubuh tersebut, terdapat tantangan emosional dan sosial yang tidak kalah penting untuk diperhatikan: kesehatan mental remaja.

Menurut World Health Organization (WHO), masa remaja (10–19 tahun) merupakan periode penting pembentukan identitas diri dan stabilitas emosi. Lonjakan hormon, tekanan sosial, serta keinginan untuk diterima dalam lingkungan membuat remaja lebih rentan terhadap stres, kecemasan, dan penurunan kepercayaan diri.

Penelitian dalam Journal of Adolescent Health (Mendle et al., 2013) menunjukkan bahwa remaja yang mengalami pubertas lebih cepat cenderung mengalami gejala depresi dan kecemasan lebih tinggi dibandingkan teman sebayanya. Sementara itu, studi di Development and Psychopathology (Beltz et al., 2019) menemukan bahwa ketidakseimbangan antara perkembangan fisik dan psikologis dapat memicu stres dan gangguan penyesuaian diri.

Selain faktor biologis, media sosial turut memberi tekanan besar. Standar kecantikan dan gaya hidup yang tidak realistis sering kali membuat remaja merasa tidak cukup baik atau tidak percaya diri terhadap tubuhnya. Bila tidak dikelola dengan bijak, hal ini bisa berujung pada gangguan citra tubuh, kecemasan sosial, hingga depresi.


🌸 Peran Bidan dalam Menjaga Kesehatan Mental Remaja

Bidan berperan penting dalam mendampingi remaja — bukan hanya terkait kesehatan reproduksi, tetapi juga kesehatan mental dan emosional. Dalam praktiknya, bidan dapat menjadi garda terdepan melalui:

  • 💬 Edukasi pubertas komprehensif, mencakup perubahan fisik, emosional, dan sosial.
  • 🤝 Konseling remaja untuk memberikan ruang aman berbicara tentang perasaan dan kekhawatiran.
  • 🧩 Deteksi dini gangguan mental, seperti stres berat, menarik diri, atau gangguan tidur.
  • 👪 Kolaborasi dengan orang tua dan sekolah melalui program Posyandu Remaja atau edukasi kesehatan di lingkungan pendidikan.

Dengan komunikasi yang terbuka dan pendekatan empatik, bidan dapat membantu remaja memahami bahwa perubahan yang mereka alami adalah proses alami yang normal dan sehat.


🌿 Kunci Kesehatan Mental di Masa Remaja

Untuk membantu remaja melewati masa pubertas dengan sehat, beberapa langkah penting yang bisa dilakukan adalah:

  1. Menjaga komunikasi terbuka antara remaja dan orang tua.
  2. Mendorong gaya hidup sehat (istirahat cukup, makan bergizi, dan aktivitas fisik rutin).
  3. Membatasi waktu penggunaan media sosial.
  4. Menumbuhkan rasa syukur dan penerimaan terhadap tubuh sendiri.

💡 Kesimpulan

Pubertas bukan sekadar perubahan tubuh — ia adalah perjalanan kompleks antara fisik, emosi, dan sosial. Kesehatan mental remaja harus dijaga agar proses tumbuh kembang berjalan seimbang.
Melalui peran aktif bidan, remaja dapat dibekali pemahaman, dukungan, dan kepercayaan diri untuk menghadapi masa transisi ini dengan lebih kuat dan bahagia.

Workshop Penelitian “Evidence-Based Manajemen Laktasi” di Universitas Alma Ata: Kolaborasi Akademik dan Praktik Kesehatan

Workshop Penelitian “Evidence-Based Manajemen Laktasi” di Universitas Alma Ata: Kolaborasi Akademik dan Praktik Kesehatan

YOGYAKARTA — Universitas Alma Ata melalui Program Studi Kebidanan S1 dan D3 FKIK sukses menyelenggarakan Workshop Penelitian bertajuk “Evidence-Based Manajemen Laktasi” pada Rabu, 15 Oktober 2025. Kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen institusi dalam memperkuat kapasitas akademik dan praktik berbasis bukti di bidang kebidanan.

Workshop ini diikuti oleh dosen, mahasiswa, dan praktisi kesehatan yang tergabung dalam tim riset kebidanan. Suasana kolaboratif tampak dari antusiasme peserta yang hadir dengan seragam institusional, menunjukkan semangat kolektif dalam pengembangan ilmu dan pelayanan laktasi berbasis evidence.

Acara ini didukung oleh berbagai institusi, termasuk Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, serta platform Kampus Merdeka. Kehadiran digital screen yang menampilkan tema workshop turut memperkuat atmosfer akademik dan profesional dalam kegiatan tersebut.

Program Studi Kebidanan Universitas Alma Ata terus mendorong integrasi antara riset, praktik klinis, dan pengabdian masyarakat. Melalui kegiatan seperti ini, kampus berupaya mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga kritis dan berbasis data dalam pengambilan keputusan klinis.