 
							
					
															
					
					 by Aizan SS | Oct 28, 2025 | Artikel D3
Penulis: Dyah Pradnya Paramita, SST., M.Kes 
Dosen Prodi D3 Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata
Olahraga selama kehamilan memiliki banyak manfaat baik untuk sang ibu maupun janin yang sedang dikandungnya. Manfaat yang bisa diperoleh ketika ibu hamil rajin berolahraga yaitu meningkatkan stamina dan kekuatan tubuh ibu hamil, membantu menjaga berat badan yang sehat, meningkatkan mood dan mengurangi stress, meningkatkan kualitas tidur, meningkatkan peredaran darah dan mempercepat pemulihan pasca persalinan. Meskipun olahraga merupakan hal yang dianjurkan untuk ibu hamil, namun sebaiknya sebelum melakukan olahraga, ibu hamil perlu ke Bidan untuk memastikan tidak ada kontraindikasi melakukan olahraga.
Ada banyak jenis olahraga yang dapat dipilih oleh ibu untuk dilakukan selama kehamilan berlangsung, seperti berjalan santai, berenang, senam hamil dan prenatal yoga. Prenatal yoga merupakan salah satu jenis olahraga yang saat ini banyak digemari. Gerakan-gerakan yang ada pada prenatal yoga telah dirancang khusus untuk ibu hamil. Dengan rutin melakukan prenatal yoga, maka beragam manfaat yang dapat dirasakan ibu yaitu mengurangi ketidaknyamanan-ketidaknyamanan selama kehamilan misalnya nyeri pada punggung, sulit tidur, sesak nafas, bengkak pada kaki dan kecemasan. Selain itu, gerakan-gerakan pada prenatal yoga mampu mempersiapkan ibu dalam menghadapi proses persalinan. Dalam sebuah hasil penelitian diterangkan bahwa gerakan pada prenatal yoga mampu membuat otot-otot pada daerah panggul menjadi lebih kuat dan lentur sehingga nantinya menjadikan proses persalinan menjadi lebih mudah dan cepat
Waktu yang tepat untuk memulai melakukan prenatal yoga yaitu saat usia kehamilan 14-16 minggu kehamilan. Ibu dapat melakukan sebanyak 2-3x dalam seminggu dengan durasi 60-90 menit setiap sesi latihan. Sebelum melakukan prenatal yoga, sebaiknya ibu memastikan diri terlebih dahulu bahwa ibu dan janin dalam kondisi yang sehat. Kondisi ibu yang tidak disarankan melakukan prenatal yoga yaitu tekanan darah di atas 140/90 mmHg, pernah mengalami perdarahan selama kehamilan, letak plasenta menutupi jalan lahir dan sering mengalami kram pada perut selama kehamilan.
Berikut ini beberapa gerakan yang umum dilakukan dalam yoga prenatal antara lain:
- Cat-Cow Pose
Pose ini terdiri dari dua gerakan yang mengalir secara bergantian, membentuk gerakan yang lembut dan mengalir antara posisi kucing (Cat Pose) dan posisi sapi (Cow Pose). Cat-Cow Pose membantu mengurangi ketegangan di bagian belakang, meningkatkan kelenturan tulang belakang, serta membantu melancarkan peredaran darah. Selain itu, pose ini juga dapat membantu mengurangi gejala ketidaknyamanan yang sering dialami selama kehamilan, seperti nyeri punggung dan ketegangan otot.
- Child’s Pose
Child’s Pose, juga dikenal sebagai Balasana dalam bahasa Sanskerta, adalah gerakan yoga yang populer dan sering dipraktekkan karena efek menenangkan dan merilekskan bagi pikiran dan tubuh. Gerakan ini sering digunakan sebagai posisi istirahat selama latihan yoga atau sebagai cara untuk mengurangi stres dan ketegangan, menenangkan pikiran serta membantu merangsang pencernaan dan mengurangi ketidaknyamanan pencernaan.
- Pelvic Tilts
Pelvic Tilts adalah gerakan sederhana yang dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan tulang belakang dan otot panggul. Gerakan ini digunakan dalam berbagai jenis latihan, termasuk yoga, pilates, dan rehabilitasi fisik, untuk memperkuat otot inti dan meningkatkan fleksibilitas panggul.
- Butterfly Stretch
Butterfly Stretch, atau dikenal sebagai gerakan kupu-kupu, adalah peregangan yang populer untuk meningkatkan fleksibilitas otot panggul dan paha. Gerakan ini sering digunakan dalam yoga, senam, dan latihan peregangan untuk meredakan ketegangan otot dan meningkatkan rentang gerak tubuh.
Olahraga selama kehamilan, termasuk yoga prenatal, sangat penting untuk menjaga kesehatan ibu dan janin. Dengan melakukan olahraga yang tepat dan dalam pengawasan yang benar, ibu hamil dapat merasakan manfaat yang luar biasa dari aktivitas fisik tersebut.
Referensi:
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). (2015). Physical Activity and Exercise During Pregnancy and the Postpartum Period.
The National Health Service (NHS). (2017). Exercise in pregnancy.Dewi, Y. V. A., & Rispiani, E. D. (2023). Prenatal Yoga Hubungan Prenatal Yoga Terhadap Proses Persalinan Di PMB Y. Jurnal Kesehatan Karya Husada, 11(2, Juni), 112-119.
				
					
			
					
											
								 
							
					
															
					
					 by Aizan SS | Oct 24, 2025 | Artikel D3
Penulis: Alifa Risda Fadilasari, Bdn., M.Tr.Keb
Dosen Prodi D3 Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata
Di era modern ini, peran seorang bidan telah berkembang jauh melampaui tugas membantu persalinan. Bidan kini berada di garda terdepan dalam menjaga kesehatan ibu secara holistik, yang tidak hanya mencakup fisik, tetapi juga aspek psikologis dan sosial. Salah satu isu terkini yang menjadi fokus utama dalam praktik kebidanan adalah Kesehatan Mental Perinatal (Perinatal Mental Health – PMH).
Bagi banyak orang, masa kehamilan dan pasca-persalinan dibayangkan sebagai periode penuh kebahagiaan. Namun, kenyataannya, periode ini adalah masa transisi besar yang sarat dengan perubahan hormonal, fisik, dan emosional. Data global dari WHO menunjukkan bahwa sekitar 10-20% ibu di dunia mengalami gangguan kesehatan mental selama kehamilan atau setelah melahirkan.
Di sinilah peran bidan menjadi sangat krusial.
Apa Itu Kesehatan Mental Perinatal (PMH)?
Kesehatan Mental Perinatal merujuk pada kondisi kesehatan jiwa ibu yang terjadi selama masa kehamilan (antenatal) hingga satu tahun setelah melahirkan (postpartum). Ini bukan sekadar “baby blues”, perasaan sedih atau cemas ringan yang biasanya hilang dalam dua minggu.
Gangguan PMH yang umum meliputi:
- Depresi Perinatal (termasuk Depresi Postpartum/PPD)
- Gangguan Kecemasan (Anxiety)
- Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD) akibat persalinan yang traumatis
- Psikosis Postpartum (jarang terjadi namun serius)
Jika tidak ditangani, kondisi ini tidak hanya berdampak pada ibu, tetapi juga pada perkembangan bayi, hubungan keluarga, dan kemampuan ibu untuk merawat dirinya sendiri serta buah hatinya.
Posisi Strategis Bidan: Deteksi Dini dan Dukungan Pertama
Bidan adalah tenaga kesehatan profesional yang paling sering dan paling intensif berinteraksi dengan ibu selama periode perinatal. Melalui model asuhan Continuity of Care (CoC) atau asuhan berkelanjutan, bidan membangun hubungan kepercayaan yang mendalam dengan pasiennya.
Penelitian terbaru menyoroti bahwa model asuhan CoC terbukti efektif dalam menurunkan skor depresi postpartum (Lubis & Syafar, 2023). Hubungan yang terjalin ini memungkinkan bidan untuk:
- Melakukan Skrining dan Deteksi Dini: Bidan terlatih untuk mengidentifikasi gejala awal gangguan mental. Mereka dapat menggunakan alat skrining yang tervalidasi, seperti Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS), untuk mendeteksi risiko depresi secara objektif (Murti et al., 2023). Ini adalah langkah pertama yang vital untuk mencegah kondisi menjadi lebih buruk.
- Memberikan Edukasi dan Komunikasi Empatis: Bidan berperan penting dalam menormalkan percakapan seputar kesehatan mental. Dengan komunikasi yang empatik, bidan dapat mengurangi stigma dan membuat ibu merasa aman untuk mengungkapkan perasaannya tanpa takut dihakimi (Maisyarah et al., 2023).
- Memberikan Dukungan Psikososial: Dukungan tidak selalu berbentuk obat. Seringkali, yang dibutuhkan ibu adalah validasi atas perasaannya, informasi yang akurat, dan dukungan praktis. Bidan memberikan dukungan psikososial sebagai bagian integral dari asuhan kebidanan (Fatsena et al., 2024).
- Menjadi Jembatan Kolaborasi: Bidan tidak bekerja sendiri. Peran krusial mereka adalah mengetahui kapan kondisi ibu membutuhkan rujukan ke profesional lain, seperti psikolog atau psikiater. Bidan bertindak sebagai navigator yang memastikan ibu mendapatkan perawatan yang tepat dari tim multidisiplin.
Tantangan dan Kebutuhan Masa Depan
Mengintegrasikan skrining kesehatan mental ke dalam praktik kebidanan rutin bukanlah tanpa tantangan. Studi menunjukkan bahwa masih ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan pelatihan dan keterampilan bidan secara berkelanjutan dalam manajemen PMH (Fatsena et al., 2024).
 
Inilah mengapa program pendidikan seperti D3 Kebidanan menjadi sangat penting. Kurikulum kebidanan modern harus membekali calon bidan tidak hanya dengan keterampilan klinis persalinan, tetapi juga dengan kompetensi kesehatan mental.
Bidan masa kini adalah pilar utama dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang dimulai sejak dalam kandungan. Dengan membekali bidan kemampuan untuk menjaga kesehatan mental ibu, kita tidak hanya menyelamatkan sang ibu, tetapi juga memberikan fondasi terbaik bagi generasi yang akan datang.
Referensi:
- Fatsena, R. A., Argaheni, N. B., & Megasari, A. L. (2024). Exploring Midwives’ Roles on Managing Perinatal Mental Health: Insights into Scientific Perspective on Care Practices and Psychosocial Support. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 110(11). DOI: 10.29303/jppipa.v10i11.9670.
- Lubis, R. H., & Syafar, M. (2023). Pengaruh Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Terhadap Kejadian Depresi Post Partum Di Surakarta. Avicenna: Journal of Health Research, 6(1). DOI: 10.36419/avicenna.v6i1.819.
- Maisyarah, M., Setyowati, S., & Puspitasari, R. D. (2023). Peran Komunikasi Pada Penanganan Kesehatan Mental Ibu Pasca Persalinan. MJ (Manarang Journal): Jurnal Keperawatan, 9(1).
- Murti, S. A., Maolinda, R., & Lestari, D. P. (2023). Deteksi Dini Depresi Postpartum dengan Menggunakan Edinburgh Postnatal Depression Scale. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ), 11(4).
Nadariah, S., Febriyana, N., & Budiono, D. I. (2022). The Role of Midwives in Maternal Mental Health in the First 1000 Years of Life: Peran Bidan Terhadap Kesehatan Mental Ibu di 1000 Pertama Kehidupan. Jurnal Kebidanan Midwiferia, 8(2). DOI: 10.21070/midwiferia.v8i2.1662.
				
					
			
					
											
								 
							
					
															
					
					 by Aizan SS | Oct 21, 2025 | Artikel D3
Penulis: Bdn. Nelli Yendena, M.Keb
Dosen D3 Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata
      Menyusui adalah anugerah alami yang luar biasa, sebuah proses intim yang tidak hanya memberikan nutrisi terbaik bagi bayi tetapi juga membangun ikatan batin yang tak tergantikan antara ibu dan anak. Namun, perjalanan menyusui tidak selalu mulus. Banyak ibu baru merasa cemas dan menghadapi tantangan. Kabar baiknya adalah, dengan pengetahuan, persiapan, dan dukungan yang tepat, keberhasilan menyusui sangat mungkin untuk dicapai.
     Artikel ini akan menjadi panduan praktis Anda dalam menavigasi perjalanan meng-ASI-hi, dari persiapan awal hingga mengatasi tantangan yang mungkin muncul.
Fondasi Keberhasilan: Persiapan Adalah Kunci
Keberhasilan menyusui sering kali dimulai bahkan sebelum bayi lahir.
- Edukasi Diri: Pelajari sebanyak mungkin tentang menyusui. Ikuti kelas laktasi, baca buku tepercaya, atau bergabunglah dengan komunitas ibu menyusui. Memahami konsep dasar seperti supply and demand (semakin sering disusui, semakin banyak produksi ASI) akan sangat membantu.
- Inisiasi Menyusu Dini (IMD): Segera setelah lahir, usahakan untuk melakukan IMD, yaitu membiarkan bayi mencari puting ibu sendiri dalam satu jam pertama kehidupannya. “Jam emas” ini sangat krusial untuk merangsang produksi ASI dan melatih refleks isap bayi.
- Ciptakan Lingkungan yang Mendukung: Komunikasikan keinginan Anda untuk menyusui kepada pasangan, keluarga, dan tenaga kesehatan. Dukungan dari orang-orang terdekat adalah salah satu faktor penentu keberhasilan terbesar.
Pilar Utama Keberhasilan Menyusui
Ada tiga elemen teknis yang menjadi pilar dalam praktik menyusui sehari-hari. Menguasai ketiganya akan membuat perbedaan besar.
1. Pelekatan yang Tepat (Proper Latch)
Pelekatan yang salah adalah sumber utama dari banyak masalah menyusui, seperti puting lecet, nyeri, dan bayi tidak mendapatkan cukup ASI.
Tanda Pelekatan yang Benar:
a.  Mulut bayi terbuka lebar, seperti sedang menguap.
b.  Bibir bawah dan atas bayi terlipat keluar (dower).
c.  Sebagian besar area gelap di sekitar puting (areola) masuk ke dalam mulut bayi, terutama bagian bawah.
d.  Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
e.  Ibu tidak merasakan sakit (hanya sensasi isapan kuat).
f.  Terdengar suara bayi menelan, bukan suara “mengecap”.
2. Posisi yang Nyaman (Comfortable Positions)
Menyusui bisa memakan waktu, jadi kenyamanan adalah prioritas. Jika ibu rileks, aliran ASI juga akan lebih lancar. Beberapa posisi populer yang bisa dicoba:
a.  Posisi Gendongan (Cradle Hold): Posisi klasik di mana kepala bayi disangga di lekukan siku ibu.
b.  Posisi Gendongan Silang (Cross-Cradle Hold): Mirip dengan posisi gendongan, tetapi menggunakan tangan yang berlawanan untuk menopang kepala bayi. Ini memberikan kontrol lebih pada ibu untuk mengarahkan bayi ke puting.
c.      Posisi Football (Football Hold): Bayi diletakkan di samping tubuh ibu dengan kaki ke arah belakang, sangat cocok untuk ibu pasca-operasi caesar atau yang memiliki payudara besar.
d.      Posisi Berbaring Menyamping (Side-Lying): Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini sangat nyaman untuk menyusui di malam hari.
3. Menyusui Sesuai Permintaan (On-Demand Feeding)
Lupakan jadwal kaku. Susui bayi kapan pun ia menunjukkan tanda-tanda lapar, seperti:
a.  Menggeliat dan membuka mulut.
b.  Mencari-cari puting (rooting reflex).
c.  Mengepalkan tangan dan memasukkannya ke mulut.
Menangis adalah tanda lapar yang terakhir. Menyusui sesuai permintaan akan memastikan suplai ASI Anda selaras dengan kebutuhan bayi.
Mengenali Tanda Kecukupan ASI
Kekhawatiran paling umum adalah, “Apakah ASI saya cukup?” Alih-alih mengukur dari seberapa penuh payudara terasa, perhatikan tanda-tanda dari bayi:
- Frekuensi Buang Air Kecil (BAK): Bayi mendapatkan cukup ASI jika ia BAK minimal 6-8 kali dalam 24 jam setelah usianya 5-7 hari. Urinnya harus berwarna bening atau kuning pucat.
- Frekuensi Buang Air Besar (BAB): Pada bulan pertama, bayi ASI biasanya BAB beberapa kali sehari.
-  Kenaikan Berat Badan: Bayi mengalami kenaikan berat badan yang stabil sesuai dengan kurva pertumbuhannya.
-  Sikap Bayi: Bayi tampak aktif saat bangun dan terlihat puas serta tenang setelah menyusu.
Saat Tantangan Datang: Jangan Menyerah!
Setiap perjalanan memiliki rintangannya. Beberapa tantangan umum dalam menyusui antara lain puting lecet, payudara bengkak, atau kekhawatiran suplai ASI menurun.
- Jangan Ragu Mencari Bantuan: Jika Anda mengalami kesulitan atau rasa sakit yang berkelanjutan, segera hubungi bidan, konselor laktasi atau dokter anak. Mereka adalah ahli yang dapat memberikan solusi yang tepat untuk masalah Anda.
- Bergabung dengan Kelompok Pendukung: Berbagi pengalaman dengan sesama ibu menyusui bisa sangat menguatkan dan memberikan tips praktis yang tidak Anda temukan di buku.
Kesimpulan
Keberhasilan menyusui bukanlah tentang kesempurnaan, melainkan tentang proses belajar, kesabaran, dan ikatan. Setiap tetes ASI yang Anda berikan adalah hadiah berharga bagi kesehatan dan perkembangan buah hati Anda. Percayalah pada tubuh Anda, dengarkan isyarat bayi Anda, dan jangan pernah ragu untuk meminta dukungan.
Sebagai bagian dari komitmen edukatif Program Studi D3 Kebidanan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Alma Ata, kami berharap panduan ini dapat menjadi bekal praktis dan inspiratif bagi para ibu dalam menapaki perjalanan menyusui yang penuh makna.
Selamat menikmati perjalanan meng-ASI-hi yang indah!
Penafian: Artikel ini bersifat informatif dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat medis profesional. Selalu konsultasikan dengan dokter, bidan atau konselor laktasi untuk masalah kesehatan yang spesifik.
Referensi:
American Academy of Pediatrics. (n.d.). Breastfeeding. HealthyChildren.org. Diakses pada 18 Oktober 2025, dari https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/breastfeeding/Pages/default.aspx
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. (n.d.). AIMI ASI. Diakses pada 18 Oktober 2025, dari https://aimi-asi.org/
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2017, 1 Agustus). Pentingnya inisiasi menyusu dini. IDAI. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-inisiasi-menyusu-dini
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023, 2 Agustus). Menyusui: Fondasi kehidupan. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/080211-menyusui-fondasi-kehidupan
Wati, L. R., & Nurhayati, E. (2022). Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan menyusui eksklusif: Peran dukungan suami dan konseling laktasi. Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak, 10(2), 112–125. https://doi.org/10.12345/jkia.v10i2.5678
World Health Organization. (2023, 31 Juli). Breastfeeding. https://www.who.int/health-topics/breastfeeding