Dosen Prodi Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata

Sering dengar tentang kanker serviks? Mungkin terdengar menakutkan, dan memang ini adalah salah satu ancaman kesehatan terbesar bagi perempuan di Indonesia. Namun, di tengah kekhawatiran itu, ada satu fakta luar biasa yang harus menjadi berita utama: kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling bisa dicegah.


Mengenal Musuh Tak Kasat Mata: Human Papillomavirus (HPV)

Sebelum membahas senjatanya, kita perlu kenal dulu dalang di balik sebagian besar kasus kanker serviks: Human Papillomavirus atau HPV.

Bayangkan HPV seperti virus umum lainnya yang mudah menular. Faktanya, mayoritas orang yang aktif secara seksual akan terpapar HPV di suatu titik dalam hidup mereka. Virus ini menular lewat kontak intim kulit-ke-kulit, sehingga penularannya sangat luas.

Kabar baiknya? Sistem kekebalan tubuh kita adalah pahlawan. Pada lebih dari 90% kasus, infeksi HPV akan sembuh dan hilang dengan sendirinya tanpa menyebabkan masalah. Namun, beberapa tipe HPV “berisiko tinggi” memiliki kemampuan untuk bersembunyi dan menetap di dalam tubuh selama bertahun-tahun. Infeksi persisten inilah yang berpotensi menyebabkan perubahan abnormal pada sel-sel di leher rahim (serviks), yang secara perlahan bisa berkembang menjadi sel prakanker, dan akhirnya menjadi kanker.

Penting untuk diingat, proses ini tidak terjadi dalam semalam. Perjalanan dari infeksi HPV hingga menjadi kanker serviks bisa memakan waktu 10 hingga 20 tahun. Jendela waktu yang panjang inilah kesempatan emas kita untuk melakukan pencegahan dan deteksi dini.


Senjata #1: Vaksinasi HPV – Perisai Sejak Dini

Inilah langkah pencegahan primer yang paling transformatif. Anggap saja vaksin HPV seperti memberikan “cetak biru” musuh kepada sistem kekebalan tubuh Anda.

Bagaimana cara kerjanya? Vaksin ini mengandung partikel yang menyerupai virus HPV (namun tidak aktif dan tidak menyebabkan penyakit), yang memicu sistem imun untuk membentuk antibodi. Hasilnya, jika suatu saat tubuh terpapar virus HPV yang sesungguhnya, pasukan antibodi ini sudah siap siaga untuk menetralisirnya sebelum sempat menimbulkan infeksi kronis.

  1. Siapa target utamanya? Vaksin HPV memberikan perlindungan maksimal jika diberikan pada usia 9-14 tahun, sebelum seseorang mulai aktif secara seksual. Program imunisasi nasional di Indonesia bahkan sudah menargetkan anak perempuan usia sekolah dasar.
  2. Kenapa anak laki-laki juga penting divaksin? HPV tidak diskriminatif. Pada pria, virus ini dapat menyebabkan kanker anus, penis, serta kanker kepala dan leher. Memvaksinasi anak laki-laki tidak hanya melindungi mereka, tetapi juga menciptakan herd immunity (kekebalan komunitas) dan memutus rantai penularan kepada pasangan mereka di masa depan.
  3. Bagaimana jika sudah dewasa? Belum terlambat. Vaksinasi HPV tetap dianjurkan untuk individu hingga usia 26 tahun. Bahkan, orang dewasa di atas usia tersebut masih bisa mendapatkan manfaat, meskipun diskusikan terlebih dahulu dengan dokter Anda.

Senjata #2: Skrining Rutin – “Mata-Mata” Kesehatan Anda

Jika vaksinasi adalah perisai, maka skrining adalah “mata-mata” atau sistem deteksi dini Anda. Tujuan utamanya bukanlah untuk mencari kanker yang sudah jadi, tetapi untuk menemukan sel-sel abnormal (lesi prakanker) jauh sebelum mereka memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi ganas.

Peran bidan di komunitas sangatlah vital dalam menyukseskan program skrining ini. Institusi pendidikan seperti D3 Kebidanan FKIK Universitas Alma Ata membekali para mahasiswanya dengan keterampilan dan pengetahuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya deteksi dini ini.

Ada dua metode skrining utama yang sangat efektif:

  1. Pap Smear (Sitologi Serviks): Prosedur ini mengambil sampel sel dari permukaan leher rahim untuk diperiksa di bawah mikroskop, guna mencari tanda-tanda perubahan sel yang tidak wajar.
  2. Tes HPV DNA: Tes yang lebih modern ini bekerja dengan cara mendeteksi materi genetik (DNA) dari tipe-tipe HPV berisiko tinggi langsung dari sampel sel serviks.

Jangan biarkan rasa takut atau malu menghalangi Anda. Proses skrining berlangsung cepat, dan rasa tidak nyaman yang mungkin timbul tidak sebanding dengan perlindungan jiwa yang diberikannya.


Ambil Kendali Sekarang Juga

Kesehatan reproduksi adalah hak dan tanggung jawab kita. Kanker serviks memang penyakit serius, tetapi pengetahuan memberi kita kekuatan untuk melawannya.

  1. Untuk Para Orang Tua: Pastikan anak perempuan (dan jika memungkinkan, anak laki-laki) Anda mendapatkan vaksinasi HPV sesuai jadwal program imunisasi.
  2. Untuk Semua Wanita Dewasa: Jadikan skrining serviks sebagai bagian rutin dari agenda kesehatan Anda. Bicarakan dengan dokter atau bidan. Tenaga kesehatan yang kompeten, termasuk para lulusan dari D3 Kebidanan FKIK Universitas Alma Ata, dibekali pengetahuan untuk memberikan informasi akurat dan membantu Anda.
  3. Untuk Kita Semua: Sebarkan informasi akurat ini. Edukasi adalah vaksin sosial yang mematahkan stigma dan mendorong tindakan preventif.

Dengan dua langkah sederhana—vaksinasi dan skrining rutin—kita dapat secara kolektif mengubah narasi kanker serviks dari sebuah ancaman menjadi sebuah kemenangan kesehatan publik.

Daftar Pustaka

  1. World Health Organization (WHO). (2022). Cervical cancer. Diakses dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cervical-cancer
  2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Cegah Kanker Serviks dengan Deteksi Dini dan Vaksinasi HPV. Diakses dari https://www.kemkes.go.id/article/view/23012500001/cegah-kanker-serviks-dengan-deteksi-dini-dan-vaksinasi-hpv.html
  3. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2023). HPV Vaccine Information For Young Women. Diakses dari https://www.cdc.gov/std/hpv/stdfact-hpv-vaccine-young-women.htm
  4. American Cancer Society. (2021). Cervical Cancer Prevention and Early Detection. Diakses dari https://www.cancer.org/cancer/types/cervical-cancer/detection-diagnosis-staging/prevention.html

Arbyn, M., et al. (2020). “Evidence regarding human papillomavirus testing in secondary prevention of cervical cancer.” Vaccine, 38(Suppl 1), F7–F22. https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2019.07.081