Mencegah Perilaku Seksual Remaja: Langkah Penting Menghindari Kehamilan Tidak Diinginkan

created by: Fatimatasari, M.Keb., Bdn

Kehamilan tidak diinginkan pada remaja masih menjadi tantangan serius di Indonesia. Dampaknya tidak hanya dirasakan saat kehamilan, tetapi juga memengaruhi pendidikan, kesehatan mental, serta masa depan sosial dan ekonomi remaja. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan laporan BKKBN menunjukkan bahwa sebagian remaja mulai terpapar perilaku seksual berisiko sejak usia sekolah, sementara kesiapan fisik, emosional, dan sosial mereka masih terbatas.

Di sisi lain, penggunaan alat kontrasepsi bagi remaja belum menjadi kebijakan yang dilegalkan secara luas di Indonesia. Kondisi ini menegaskan bahwa upaya pencegahan kehamilan remaja tidak dapat hanya mengandalkan kontrasepsi, melainkan perlu difokuskan pada pendekatan protektif non-kontraseptif, terutama pencegahan perilaku seksual pranikah.

Secara ilmiah, menghindari hubungan seksual pranikah merupakan satu-satunya cara yang memberikan perlindungan maksimal terhadap kehamilan. Tidak ada metode kontrasepsi yang sepenuhnya bebas dari risiko kegagalan. Karena itu, promosi kesehatan reproduksi yang melibatkan berbagai pihak menjadi sangat penting dan relevan dengan konteks sosial dan kebijakan di Indonesia.

Berikut upaya bersama yang dapat dilakukan:

1. Peran Remaja

Remaja memiliki peran utama dalam melindungi dirinya sendiri. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:

  • Memahami kesehatan reproduksi secara benar, termasuk risiko perilaku seksual dan konsekuensinya.
  • Mengembangkan keterampilan menolak tekanan dari teman sebaya dan lingkungan.
  • Menetapkan batasan diri dalam pergaulan sesuai nilai agama dan norma sosial.
  • Memfokuskan diri pada pendidikan, pengembangan potensi, dan perencanaan masa depan

2. Peran Orang Tua

Orang tua adalah pendamping terdekat remaja. Peran penting orang tua meliputi:

  • Membangun komunikasi terbuka dan aman tentang pubertas, pergaulan, dan relasi yang sehat.
  • Menjadi teladan dalam nilai moral, sikap, dan perilaku sehari-hari.
  • Memberikan pengawasan yang suportif dan penuh empati, bukan kontrol yang menekan.

3. Peran Sekolah

Sekolah memiliki posisi strategis dalam pencegahan kehamilan remaja melalui:

  • Penyediaan edukasi kesehatan reproduksi yang sesuai usia dan kebutuhan remaja.
  • Integrasi pendidikan karakter, nilai agama, dan kesehatan mental dalam pembelajaran.
  • Penguatan peran guru BK dan layanan konseling sebagai ruang aman bagi remaja.

4. Peran Masyarakat

Lingkungan sosial yang sehat akan memperkuat perlindungan bagi remaja, antara lain dengan:

  • Menciptakan lingkungan yang aman dan ramah remaja.
  • Menghidupkan nilai sosial dan budaya yang mendukung perilaku sehat.
  • Mendukung program pendampingan dan promosi kesehatan remaja di komunitas.

Pencegahan kehamilan tidak diinginkan pada remaja tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Diperlukan kerja bersama: remaja yang berdaya, orang tua yang terlibat, sekolah yang proaktif, dan masyarakat yang peduli. Promosii kesehatan reproduksi yang ramah remaja, berbasis nilai, dan berorientasi pencegahan adalah kunci untuk melindungi generasi muda Indonesia.

Ingin berkontribusi langsung dalam promosi kesehatan remaja dan perempuan Indonesia?
Program Studi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan Universitas Alma Ata menawarkan keunggulan dalam health promotion kebidanan, membekali mahasiswa tidak hanya dengan keterampilan klinis, tetapi juga kemampuan edukasi, pencegahan, dan pemberdayaan masyarakat. Bersama Universitas Alma Ata, mari mencetak bidan profesional yang berperan aktif menjaga kesehatan remaja, ibu, dan generasi masa depan Indonesia.

Referensi:

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). (2018). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017: Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: BKKBN, BPS, Kementerian Kesehatan, dan ICF.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). (2020). Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R): Pedoman Pengelolaan. Jakarta: BKKBN.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Direktorat Kesehatan Keluarga.

World Health Organization. (2011). Preventing early pregnancy and poor reproductive outcomes among adolescents in developing countries. Geneva: WHO.

World Health Organization. (2018). Global accelerated action for the health of adolescents (AA-HA!): Guidance to support country implementation. Geneva: WHO.

Madkour, A. S., Farhat, T., Halpern, C. T., Godeau, E., & Gabhainn, S. N. (2010). Early adolescent sexual initiation as a problem behavior: A comparative study of five nations. Journal of Adolescent Health, 47(4), 389–398. https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2010.02.008

Puspitawati, H., & Herawati, T. (2017). Pengaruh keharmonisan keluarga terhadap perilaku berisiko remaja. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, 10(1), 1–10.

Fitriah, N., & Mardhiah, A. (2022). Kehamilan tidak diinginkan pada remaja dan faktor yang memengaruhinya. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 13(2), 85–94.