Dosen Prodi Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata

RUTF (Ready-to-Use Therapeutic Food): Senjata Ampuh WHO & UNICEF Lawan Gizi Buruk Akut

Gizi buruk akut (Severe Acute Malnutrition/SAM) telah lama menjadi momok yang mengancam jutaan nyawa anak di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang. Kondisi ini adalah bentuk malnutrisi paling mematikan, di mana anak-anak memiliki berat badan sangat rendah dibandingkan tinggi badannya (wasting) dan berisiko tinggi meninggal dunia.

Selama bertahun-tahun, penanganan SAM identik dengan perawatan di rumah sakit yang rumit, mahal, dan sulit dijangkau. Namun, sebuah inovasi revolusioner yang didukung penuh oleh WHO dan UNICEF telah mengubah lanskap penanganan gizi buruk secara drastis. Inovasi itu adalah RUTF (Ready-to-Use Therapeutic Food) atau Makanan Terapeutik Siap Saji.

Apa Sebenarnya RUTF?

Sekilas, RUTF mungkin terlihat seperti selai kacang dalam kemasan saset. Namun, kandungannya jauh lebih dari itu. RUTF adalah pasta padat energi yang dirancang khusus untuk pemulihan gizi.

·   Komposisi: Umumnya terbuat dari pasta kacang tanah, susu bubuk, gula, minyak sayur, serta diperkaya dengan vitamin dan mineral esensial.

·   Siap Saji: Inilah keunggulannya. RUTF tidak memerlukan persiapan, tidak perlu dimasak, dan yang terpenting, tidak perlu dicampur dengan air.

Keunggulan “tanpa air” ini sangat krusial di wilayah krisis di mana akses terhadap air bersih seringkali menjadi kemewahan. Penggunaan air yang tidak higienis untuk mencampur susu formula terapeutik tradisional (seperti F-75 dan F-100) justru dapat meningkatkan risiko diare, yang semakin memperburuk kondisi gizi anak.

Pergeseran Paradigma: Dari Rumah Sakit ke Rumah

Sebelum era RUTF, anak dengan gizi buruk akut tanpa komplikasi medis pun seringkali harus dirawat di rumah sakit (inpatient care). Ibu harus meninggalkan rumah, pekerjaan, dan anak-anak lainnya selama berminggu-minggu. Sistem ini tidak efisien, mahal, dan jangkauannya sangat terbatas.

RUTF menjadi inti dari pendekatan baru yang disebut CMAM (Community-based Management of Acute Malnutrition) atau Manajemen Gizi Buruk Akut Berbasis Komunitas.

WHO dan UNICEF memelopori pendekatan ini, yang memindahkan titik perawatan dari rumah sakit ke jantung komunitas:

  1. Mudah: Petugas kesehatan di puskesmas atau posyandu dapat mendiagnosis SAM menggunakan pita pengukur lingkar lengan atas (LiLA).
  2. Cepat: Jika anak didiagnosis menderita SAM tetapi masih sadar dan memiliki nafsu makan (tanpa komplikasi medis), mereka tidak perlu dirawat inap.
  3. Berbasis Komunitas: Ibu atau pengasuh diberikan bekal RUTF yang cukup untuk satu minggu dan diajari cara memberikannya kepada anak di rumah. Mereka hanya perlu kembali setiap minggu untuk pemantauan berat badan dan mengambil bekal RUTF baru.

Pendekatan ini membebaskan kapasitas rumah sakit untuk menangani kasus-kasus paling parah (dengan komplikasi), sekaligus memberdayakan keluarga untuk merawat anak mereka sendiri.

Mengapa RUTF Begitu Efektif?

Keampuhan RUTF sebagai “senjata” melawan SAM terletak pada beberapa faktor kunci:

  • Padat Energi & Nutrisi: Dalam porsi kecil, RUTF mengandung kalori dan protein tinggi yang dibutuhkan untuk mengejar pertumbuhan (catch-up growth) secara cepat.
  • Disukai Anak: RUTF memiliki rasa manis dan gurih yang umumnya disukai anak-anak, sehingga tingkat kepatuhan konsumsi (compliance) menjadi tinggi.
  • Aman dan Tahan Lama: Kemasan kedap udara membuatnya tahan lama tanpa perlu pendingin dan melindunginya dari kontaminasi bakteri.
  • Tingkat Kesembuhan Tinggi: Program berbasis RUTF secara konsisten menunjukkan tingkat kesembuhan di atas 85-90%, jauh melampaui efektivitas program berbasis rumah sakit di masa lalu.

Peran Sentral WHO dan UNICEF

WHO dan UNICEF bukan hanya pendukung, tetapi juga motor penggerak utama di balik kesuksesan RUTF. WHO menyediakan pedoman teknis dan standar global untuk komposisi dan penggunaan RUTF. Sementara itu, UNICEF adalah pembeli RUTF terbesar di dunia. Melalui jaringannya, UNICEF mendistribusikan RUTF ke lebih dari 60 negara yang paling membutuhkan, memastikan bahwa inovasi penyelamat jiwa ini sampai ke tangan anak-anak yang paling rentan.

Kesimpulan

RUTF (Ready-to-Use Therapeutic Food) lebih dari sekadar produk makanan; ia adalah simbol harapan dan terobosan kesehatan masyarakat. Dengan memadukan ilmu gizi canggih dengan pendekatan berbasis komunitas yang praktis, RUTF telah menyelamatkan jutaan nyawa. Inovasi yang didorong oleh WHO dan UNICEF ini membuktikan bahwa solusi yang tampak sederhana makanan terapeutik dalam kemasan dapat menjadi senjata paling ampuh dalam perang melawan gizi buruk akut.

Referensi

1. Ciliberto, M. A., Ndekha, M. J., Manani, M., Ashorn, P., Briend, A., Ciliberto, H. M., & Manary, M. J. (2005). Comparison of home-based therapy with ready-to-use therapeutic food with standard therapy in the treatment of severely malnourished Malawian children: A controlled, clinical effectiveness trial. The American Journal of Clinical Nutrition, 81(4), 864–870. https://doi.org/10.1093/ajcn/81.4.864

2. Collins, S., Dent, N., Kerac, M., Thurstans, S., Nabwera, H., Saddal, T. K., & Nkhoma, E. (2006). Management of severe acute malnutrition in children. The Lancet, 368(9551), 1992–2000. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(06)69443-9

3. UNICEF. (n.d.). Ready-to-use therapeutic food (RUTF). UNICEF Supply Division. Diakses pada 4 November 2025, dari https://www.unicef.org/supply/media/1086/file/RUTF.pdf

4. World Health Organization. (2013). Guideline: Updates on the management of severe acute malnutrition in infants and children. World Health Organization. https://www.who.int/publications/i/item/97892415063285. World Health Organization, World Food Programme, UNICEF, & UN System Standing Committee on Nutrition. (2007). Community-based management of severe acute malnutrition: A joint statement. World Health Organization.