by Admin Kebidanan | Nov 10, 2025 | Artikel D3
Dosen Prodi Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata
Selama sembilan bulan, fokus utama seorang ibu hamil tertuju pada tiga trimester kehamilan. Setiap perkembangan janin, setiap perubahan fisik ibu, dan setiap pemeriksaan kehamilan dijadwalkan dengan cermat. Namun, sebuah narasi penting seringkali terhenti tepat setelah bayi lahir. Banyak yang menganggap persalinan adalah garis finis, padahal kenyataannya, itu adalah awal dari fase transisi yang sama pentingnya, yaitu : Trimester Keempat.
Konsep “Trimester Keempat” merujuk pada 12 minggu (sekitar 3 bulan) pertama setelah kelahiran bayi. Ini adalah periode adaptasi bagi ibu dan bayi. Bagi bayi, ini adalah transisi dari kehidupan yang tenang di dalam rahim ke dunia luar yang penuh stimulasi. Sementara bagi ibu, ini adalah masa pemulihan fisik, penyesuaian perubahan hormon, adaptasi emosional serta psikologis terhadap peran barunya. Oleh karenanya, Trimester Keempat bukan lagi sekadar “masa nifas” yang pasif, melainkan sebuah periode aktif yang membutuhkan dukungan, pemantauan, dan perawatan holistic.
Apa saja yang terjadi di Trimester Keempat?
1. Realitas Fisik: Pemulihan Ibu yang Kompleks
Persalinan, baik normal maupun sesar, adalah peristiwa medis besar yang menuntut pemulihan signifikan. Selama trimester keempat, tubuh ibu bekerja keras untuk kembali ke kondisi sebelum hamil, sebuah proses yang melibatkan:
- Perubahan ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil. Proses ini sering disertai kram (dikenal sebagai afterpains) yang bisa terasa tidak nyaman, terutama saat menyusui.
- Pengeluaran lokia (darah nifas). Proses ini bisa berlangsung selama 4-6 minggu, dengan warna dan volume yang berubah seiring waktu.
- Pemulihan luka setelah persalinan. Baik persalinan normal ataupun sesar, sama-sama dapat menyebabkan luka di jalan lahir yang membutuhkan waktu dan energi untuk penyembuhan luka tersebut.
- Perubahan hormonal. Setelah plasenta lahir, terjadi penurunan drastis kadar hormon estrogen dan progesteron. Penurunan ini seringkali memicu perubahan suasana hati, keringat malam, dan kerontokan rambut.
- Laktasi/ menyusui. Proses produksi ASI memerlukan energi ekstra, cairan tubuh yang cukup, dan seringkali menimbulkan permasalahan seperti puting lecet atau payudara bengkak.
2. Tantangan Mental dan Emosional: Lebih dari Sekadar “Baby Blues”
Pergeseran hormon yang ekstrem, ditambah dengan kelelahan akut akibat kurang tidur dan tanggung jawab baru merawat bayi, menciptakan “badai sempurna” bagi tantangan emosional seorang ibu pasca melahirkan yang seringkali berujung pada kondisi baby blues dan depresi pasca persalinan. Apa perbedaan baby blues dan depresi pascapersalinan (PPD)?
- Baby Blues: Dialami oleh sekitar 80% ibu baru. Gejalanya meliputi perubahan suasana hati tiba-tiba, mudah menangis, cemas, dan sedih. Biasanya muncul beberapa hari setelah melahirkan dan akan hilang dengan sendirinya dalam waktu dua minggu.
- Depresi Pasca Persalinan (PPD): Ini adalah kondisi medis yang lebih serius dan tidak akan hilang tanpa intervensi. Gejalanya meliputi kesedihan yang mendalam, kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai, perasaan tidak berharga, kecemasan berlebih, sulit tidur, dan terkadang muncul pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi.
Data global menunjukkan bahwa PPD mempengaruhi setidaknya 1 dari 7 ibu. Inilah mengapa skrining kesehatan mental oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) selama kunjungan nifas sangat penting.
3. Transisi Bayi: Beradaptasi dengan Dunia Luar
Trimester keempat juga merupakan masa adaptasi besar bagi si kecil. Selama 9 bulan, bayi hidup dalam lingkungan yang hangat, gelap, terendam air, dan selalu mendengar detak jantung ibu. Setelah lahir, mereka harus belajar mengatur suhu tubuh sendiri, bernapas dengan paru-paru, mencerna makanan, dan memproses pemandangan serta suara baru. Periode ini adalah tentang “regulasi bersama” (co-regulation), di mana bayi sangat bergantung pada pengasuh (ibu) untuk merasa aman. Kontak kulit-ke-kulit (skin-to-skin), menyusui sesuai permintaan, dan responsivitas ibu adalah kunci untuk membantu bayi beradaptasi pada transisi ini.
Peran Bidan: Garda Terdepan dalam Pemberian Dukungan Trimester Keempat
Di sinilah peran penting seorang bidan ahli madya (bidan lulusan D3 Kebidanan). Dimana tugas bidan tidak selesai di ruang bersalin. Perawatan setelah persalinan (postpartum) yang komprehensif adalah inti dari filosofi kebidanan. World Health Organization (WHO) dan American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) kini merekomendasikan bahwa perawatan setelah persalinan diberikan melalui serangkaian kontak/ kunjungan dan dukungan berkelanjutan selama trimester keempat.
Apa saja peran bidan selama periode ini?
- Pemantauan Fisik: Memeriksa tanda-tanda vital ibu, involusi uterus, penyembuhan luka, dan pola lokia untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi atau perdarahan.
- Dukungan Laktasi: Memberikan konseling dan bantuan praktis untuk memastikan proses menyusui berjalan lancar, mengatasi masalah seperti perlekatan atau suplai ASI.
- Skrining Kesehatan Mental: Bidan terlatih untuk melakukan skrining PPD dan kecemasan, memberikan dukungan awal, dan merujuk ke profesional kesehatan mental jika diperlukan.
- Edukasi: Memberikan informasi tentang nutrisi pasca persalinan, Keluarga Berencana (KB), perawatan bayi baru lahir, dan tanda bahaya pada ibu dan bayi.
- Membangun Kepercayaan Diri Ibu: Memberdayakan ibu baru bahwa mereka mampu merawat bayinya dan mengingatkan mereka bahwa meminta bantuan adalah tanda kekuatan, bukan kelemahan.
Kesimpulan
Trimester keempat adalah periode yang nyata, intens, dan transformatif. Mengabaikannya berarti mengabaikan kesehatan ibu dan fondasi awal kehidupan bayi. Mari bersama kita beri “ruang untuk pulih” bagi ibu dan bayinya melalui dukungan, pemantauan, dan perawatan yang holistik — sebagaimana menjadi komitmen kami di Program Studi D3 Kebidanan terbaik di Jogja, Universitas Alma Ata. Kami hadir untuk mendampingi setiap langkah pemulihan, dengan pendekatan ilmiah, spiritual, dan penuh empati.
Referensi Ilmiah
- World Health Organization. (2022). WHO antenatal care recommendations for a positive pregnancy experience. Maternal and fetal assessment update: Imaging ultrasound before 24 weeks of pregnancy. World Health Organization.
- McKinney, J., Keyser, L., Clinton, S., & Pagliano, C. (2018). ACOG Committee Opinion No. 736: optimizing postpartum care. Obstetrics & Gynecology, 132(3), 784-785
- Stewart, D. E., & Vigod, S. (2016). Postpartum depression. New England Journal of Medicine, 375(22), 2177-2186.
Karp, H. (2015). The Happiest Baby on the Block; Fully Revised and Updated Second Edition: The New Way to Calm Crying and Help Your Newborn Baby Sleep Longer. Bantam.
by Aizan SS | Nov 7, 2025 | Artikel D3
Dosen Prodi Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata
Khawatir jahitan pasca melahirkan? Simak 5 tips perawatan luka perineum agar cepat kering, plus riset terapi komplementer (rendam daun sirih & ikan gabus) untuk sembuh lebih cepat.
Mengenal Luka Jahitan Pasca Melahirkan: Kenapa Ibu Perlu Tahu?
Bagi seorang ibu yang baru saja menjalani proses persalinan normal, momen kebahagiaan bertemu si kecil seringkali diiringi satu kekhawatiran besar: luka jahitan di perineum (area antara vagina dan anus).
Rasa nyeri, tidak nyaman saat duduk, dan ketakutan akan proses penyembuhan adalah hal yang sangat wajar dirasakan. Luka ini, baik karena robekan alami (laserasi) ataupun tindakan episiotomi, memerlukan perawatan yang tepat.
Perawatan yang salah tidak hanya memperlambat penyembuhan, tetapi juga meningkatkan risiko infeksi. Padahal, dengan penanganan yang benar, luka jahitan ini dapat pulih dengan baik. Artikel ini, yang dirangkum oleh Program Studi D3 Kebidanan, akan membahas tuntas cara merawat luka perineum secara medis, sekaligus melihat terapi komplementer yang terbukti oleh penelitian.
Waspada! Ini Tanda Infeksi pada Luka Jahitan
Luka yang normal akan berangsur membaik. Segera hubungi Bidan atau fasilitas kesehatan terdekat jika Anda mengalami:
- Nyeri yang Semakin Hebat: Bukan membaik, rasa nyeri justru bertambah parah.
- Bengkak dan Panas: Area jahitan sangat bengkak, merah menyala, dan terasa panas saat disentuh.
- Keluar Nanah: Terdapat cairan kental berwarna kekuningan atau kehijauan yang berbau tidak sedap.
- Demam Tinggi: Mengalami demam atau menggigil.
- Jahitan Terbuka: Anda merasa atau melihat jahitan “terlepas” atau luka kembali menganga.
5 Tips Jitu Perawatan Dasar Luka Jahitan
Kunci utama penyembuhan luka perineum adalah Kebersihan dan Sirkulasi Udara.
1. Jaga Area Luka Tetap Bersih (Kunci Utama)
Kebersihan adalah nomor satu. Selalu siram area perineum dengan air bersih yang mengalir setiap kali buang air.
- Arah Basuhan: Selalu basuh dari arah depan (vagina) ke belakang (anus), BUKAN sebaliknya. Ini untuk mencegah bakteri dari anus masuk ke area luka.
- Sabun? Hindari penggunaan sabun antiseptik atau sabun wangi langsung pada area luka kecuali atas anjuran spesifik dari bidan/dokter atau tenaga kesehatan lainnya.. Air bersih sudah cukup (Evenden & Cooper, 2021).
2. Keringkan dengan Cara yang Tepat
Area yang lembap adalah tempat kuman berkembang biak.
- Jangan Digosok: Setelah dibasuh, jangan menggosok area luka dengan handuk.
- Tap-Tap Lembut: Keringkan area tersebut dengan cara menekan-nekan pelan (tap-tap) menggunakan kain kasa steril sekali pakai atau handuk bersih yang sangat lembut.
3. Rajin Ganti Pembalut
Darah nifas (lokia) adalah media yang sangat disukai bakteri. Ganti pembalut Anda setidaknya setiap 3-4 jam sekali, atau lebih sering jika sudah terasa penuh atau basah.
4. Berikan Sirkulasi Udara
Luka membutuhkan oksigen untuk beregenerasi.
- Pakaian Dalam: Gunakan pakaian dalam yang terbuat dari bahan katun murni yang menyerap keringat dan tidak ketat.
- “Angin-anginkan”: Saat berbaring di rumah, sesekali lepas pakaian dalam Anda (tetap gunakan alas/perlak bersih) selama 10-15 menit agar area luka mendapatkan sirkulasi udara segar.
5. Aktivitas Bertahap dan Gerak Ringan
Jangan hanya berbaring. Bergerak ringan (seperti berjalan di dalam rumah) justru dianjurkan untuk melancarkan sirkulasi darah ke area luka, yang akan mempercepat penyembuhan.
Sains di Balik Tradisi: Terapi Komplementer untuk Penyembuhan Luka
Selain perawatan standar di atas, dunia kebidanan modern juga mengakui manfaat terapi komplementer yang telah teruji oleh penelitian. Ini adalah “nilai tambah” yang dapat mempercepat pemulihan Anda:
1. Keajaiban Albumin dari Ikan Gabus dan Telur
Ini adalah bagian terpenting untuk meluruskan mitos. Banyak yang melarang ibu pasca-salin makan ikan atau telur karena takut “gatal” atau “lukanya basah”. Ini adalah informasi yang salah dan berbahaya.
Faktanya: Proses penyembuhan luka membutuhkan “bahan baku” utama, yaitu Protein, khususnya Albumin.
- Riset Membuktikan: Ikan gabus (Channa striata) secara ilmiah terbukti memiliki kandungan albumin yang sangat tinggi. Albumin berfungsi untuk mengangkut nutrisi dan membentuk jaringan sel baru yang rusak.
- Studi Ilmiah: Penelitian di berbagai jurnal gizi (termasuk di Indonesia) telah mengkonfirmasi bahwa pemberian ekstrak ikan gabus dapat secara signifikan mempercepat penyembuhan luka pasca-operasi dan pasca-melahirkan (Sari et al., 2021).
- Kesimpulan: Mengonsumsi protein tinggi seperti ikan (terutama ikan gabus), telur, ayam, dan daging adalah WAJIB agar luka jahitan cepat kering dan jaringannya pulih sempurna.
2. Rendam Duduk (Sitz Bath) Rebusan Daun Sirih
Tradisi seringkali sejalan dengan sains. Rendam duduk (sitz bath) adalah terapi yang dianjurkan untuk mengurangi nyeri dan menjaga kebersihan perineum. Penelitian kebidanan modern telah mengembangkannya dengan bahan alami.
- Riset Membuktikan: Daun sirih (Piper betle L.) mengandung senyawa aktif seperti fenol dan kavikol yang memiliki sifat antiseptik dan antibakteri alami yang kuat.
- Studi Ilmiah: Berbagai penelitian di jurnal kebidanan menunjukkan bahwa rendam duduk menggunakan air rebusan daun sirih (yang sudah didinginkan hingga hangat kuku) secara signifikan lebih efektif mempercepat penyembuhan luka perineum dan mengurangi risiko infeksi dibandingkan dengan air biasa (Astuti & Wiyanti, 2020).
- Cara Pakai: Gunakan air rebusan yang sudah disaring dan didinginkan hingga hangat kuku. Lakukan rendam duduk selama 10-15 menit, 1-2 kali sehari, setelah berkonsultasi dengan bidan Anda.
Kesimpulan: Perawatan Modern, Dukungan Tradisi
Penyembuhan luka jahitan perineum adalah proses alami yang membutuhkan dukungan dari dua sisi: kebersihan dan nutrisi. Jangan biarkan mitos menghalangi Anda mendapatkan gizi terbaik.
Program Studi D3 Kebidanan FKIK Universitas Alma Ata Yogyakarta berkomitmen mendidik bidan-bidan profesional yang tidak hanya terampil, tetapi juga berbasis bukti (evidence-based). Mereka mampu memadukan praktik klinis terbaik dengan terapi komplementer yang terbukti aman dan efektif.
Jangan ragu untuk bertanya pada Bidan Anda mengenai kombinasi perawatan terbaik untuk kondisi Anda.
Referensi
- Astuti, W. D., & Wiyanti, S. (2020). Efektivitas Rendam Duduk Rebusan Daun Sirih (Piper Betle L.) terhadap Percepatan Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas. Jurnal Kebidanan Malahayati, 6(3).
- Evenden, A., & Cooper, A. (2021). Perineal care (postnatal). Clinical Procedure, The Royal Children’s Hospital Melbourne.
Sari, Y. E., Wardani, I., & Herlina, H. (2021). Pengaruh Pemberian Ekstrak Ikan Gabus (Channa Striata) terhadap Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(1).
by Aizan SS | Nov 5, 2025 | Artikel D3
Dosen Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata
Kesehatan remaja sangat dipengaruhi oleh gaya hidup, lingkungan sosial, dan akses terhadap informasi serta layanan kesehatan. Masa ini krusial karena membentuk fondasi kesehatan fisik dan mental menuju kedewasaan.
A. Pentingnya Kesehatan Remaja
Remaja (usia sekitar 15–18 tahun) berada dalam fase transisi dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini, mereka mengalami perubahan fisik, emosional, dan sosial yang signifikan. Menurut Kementerian Kesehatan RI, tujuan utama dari upaya kesehatan remaja adalah mempersiapkan mereka menjadi individu yang sehat, cerdas, dan produktif.
B. Tantangan Kesehatan Remaja
Remaja menghadapi berbagai tantangan kesehatan, antara lain:
1. Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi mulai muncul akibat pola makan tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik.
2. Gangguan kesehatan mental, termasuk stres, kecemasan, dan depresi. Data UNICEF menunjukkan bahwa bunuh diri menjadi salah satu dari lima penyebab utama kematian remaja di Indonesia.
3. Perilaku berisiko, seperti merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan rokok elektronik yang semakin meningkat.
C. Faktor Penentu Kesehatan Remaja
Beberapa faktor yang sangat memengaruhi kesehatan remaja SMA :
1. Pola makan seimbang: Konsumsi makanan bergizi seperti buah, sayur, dan protein penting untuk pertumbuhan optimal.
- Aktivitas fisik teratur: Olahraga minimal 30 menit sehari membantu menjaga berat badan dan kesehatan jantung.
- Kesehatan mental: Dukungan keluarga, teman, dan guru sangat penting untuk membangun rasa percaya diri dan mengelola stres.
- Informasi dan edukasi kesehatan: Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi, gizi, dan bahaya narkoba.
D. Peran Sekolah dan Keluarga
Sekolah dan keluarga memiliki peran besar dalam menjaga kesehatan remaja :
1. Sekolah dapat menyediakan pendidikan kesehatan, konseling, dan kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung gaya hidup sehat.
2. Keluarga berperan sebagai tempat pertama remaja belajar tentang kebiasaan sehat dan mendapat dukungan emosional.
E. Layanan Kesehatan Ramah Remaja
Puskesmas dan fasilitas kesehatan kini mulai menyediakan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang bertujuan memberikan layanan yang aman dan nyaman bagi remaja. Namun, tantangan seperti stigma, kekurangan tenaga kerja, dan ketidaksetaraan akses masih perlu diatasi.
Kesimpulan: Kesehatan remaja SMA adalah investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa. Dengan dukungan dari keluarga, sekolah, dan layanan kesehatan, remaja dapat tumbuh menjadi generasi yang sehat, tangguh, dan berdaya saing.
Sumber :
1. https://www.unicef.org/indonesia/id/kesehatan/laporan/profil-kesehatan-remaja
2. https://ayosehat.kemkes.go.id/kategori-usia/remaja
by Aizan SS | Nov 3, 2025 | Artikel D3
Dosen Prodi Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata
Kehamilan di usia remaja, yang didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai kehamilan yang terjadi pada perempuan berusia 10 hingga 19 tahun, merupakan isu kesehatan global yang mendesak. Seringkali dipandang hanya sebagai masalah sosial, kehamilan remaja sebenarnya adalah krisis medis yang membawa risiko multidimensi—tidak hanya bagi sang ibu muda, tetapi juga bagi bayi yang dikandungnya, serta dampak jangka panjang pada tatanan sosial-ekonomi.
Tubuh remaja yang masih dalam masa pertumbuhan belum sepenuhnya siap secara fisik maupun psikologis untuk menanggung beban kehamilan dan persalinan. Konsekuensinya jauh lebih serius daripada yang dibayangkan, seperti yang ditunjukkan oleh berbagai penelitian internasional terbaru.
Risiko Kesehatan Fisik bagi Ibu Remaja
Komplikasi selama kehamilan dan persalinan adalah salah satu penyebab utama kematian di antara anak perempuan berusia 15-19 tahun secara global. Tubuh yang belum matang secara biologis meningkatkan kerentanan terhadap berbagai kondisi medis serius, diantaranya:
- Preeklamsia dan Eklamsia: Ibu remaja, terutama mereka yang masih sangat muda, menghadapi risiko yang jauh lebih tinggi untuk mengalami preeklamsia—suatu kondisi komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi. Sebuah studi kasus-kontrol yang dipublikasikan pada tahun 2023 menemukan bahwa kehamilan remaja secara signifikan terkait dengan peningkatan risiko gangguan hipertensi kehamilan (Ghanbary et al., 2023). Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat berkembang menjadi eklamsia, yang menyebabkan kejang dan dapat berakibat fatal.
- Anemia Berat: Remaja seringkali rentan mengalami anemia (kekurangan sel darah merah) bahkan sebelum hamil. Kehamilan menuntut kebutuhan zat besi dan nutrisi yang lebih tinggi, yang seringkali tidak terpenuhi, menyebabkan anemia berat. Anemia pada ibu hamil tidak hanya menyebabkan kelelahan ekstrem tetapi juga meningkatkan risiko pendarahan hebat pasca-persalinan.
- Komplikasi Persalinan: Panggul remaja yang mungkin belum berkembang sepenuhnya meningkatkan risiko persalinan macet (obstructed labor). Selain itu, data WHO (2024) menunjukkan bahwa pendarahan hebat (severe bleeding) pasca-persalinan adalah salah satu penyebab utama kematian ibu, sebuah risiko yang juga dihadapi oleh ibu remaja.
Dampak Serius pada Janin dan Bayi
Risiko tidak hanya berhenti pada ibu. Janin yang dikandung oleh ibu remaja juga menghadapi tantangan berat sejak dalam kandungan hingga setelah kelahiran.
- Kelahiran Prematur dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR): Ini adalah dua risiko paling konsisten yang ditemukan dalam penelitian. Tubuh remaja yang bersaing untuk mendapatkan nutrisi dengan janin yang sedang tumbuh, ditambah dengan faktor-faktor seperti perawatan antenatal yang tidak memadai, berkontribusi besar terhadap hal ini. Bayi yang lahir prematur atau dengan BBLR memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah pernapasan, infeksi, dan keterlambatan perkembangan.
- Kematian Neonatal dan Lahir Mati (Stillbirth): Sebuah studi komprehensif menemukan bahwa ibu berusia 10-19 tahun memiliki risiko yang secara signifikan lebih tinggi untuk mengalami stillbirth (lahir mati) dan kematian neonatal (kematian bayi dalam 28 hari pertama kehidupan) dibandingkan dengan ibu berusia 20-34 tahun (Wang et al., 2020).
Konsekuensi Kesehatan Mental
Dampak psikologis dari kehamilan remaja seringkali terabaikan namun sangat merusak. Transisi mendadak menjadi ibu di saat psikologis remaja sendiri belum stabil dapat memicu masalah kesehatan mental yang serius.
Sebuah tinjauan sistematis (systematic review) yang dipublikasikan pada tahun 2024 secara khusus meneliti hasil kesehatan mental pada ibu remaja. Tinjauan tersebut mengonfirmasi bahwa ibu remaja memiliki tingkat depresi pasca-persalinan (postpartum depression) yang “secara signifikan lebih tinggi” (MacGinty et al., 2024). Selain depresi, mereka juga menghadapi peningkatan risiko kecemasan, stres kronis, dan bahkan ideasi bunuh diri, yang diperburuk oleh stigma sosial dan kurangnya dukungan
Dampak Sosial-Ekonomi Jangka Panjang
Konsekuensi dari kehamilan remaja melampaui ruang bersalin dan berdampak pada seluruh lintasan kehidupan seorang perempuan. Ini menciptakan apa yang sering disebut sebagai “siklus kemiskinan” antargenerasi.
Penelitian terbaru dari tahun 2024 yang berfokus pada dampak sosio-ekonomi menyoroti bahwa kehamilan remaja sangat berkorelasi negatif dengan pencapaian pendidikan (Perera et al., 2024). Banyak remaja perempuan terpaksa putus sekolah, yang secara drastis membatasi peluang kerja mereka di masa depan. Ketergantungan finansial, pendapatan yang lebih rendah seumur hidup, dan stabilitas ekonomi yang buruk adalah kenyataan pahit yang dihadapi oleh banyak ibu remaja, yang pada gilirannya juga berdampak pada kualitas hidup anak mereka.
Daftar Referensi
- Ghanbary, S., Razeghi, M., Zare, S., & Hekmat, K. (2023). Adverse Maternal, Perinatal, and Neonatal Outcomes in Adolescent Pregnancies: A Case-Control Study. Shiraz E-Medical Journal, 24(8). https://www.semanticscholar.org/paper/Adverse-Maternal%2C-Perinatal%2C-and-Neonatal-Outcomes-Mohammadian-Nejadifard/cf46f3526e023ae4a66c15ec5c3a0ca214153b64
- MacGinty, R., Abdel-Khalig, I., Hopwood, S., & Howard, L. M. (2024). Mental health outcomes beyond the post-partum period among adolescent mothers: a systematic review and meta-analysis. BMC Pregnancy and Childbirth, 24(1), 105. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38313449/
- Perera, S., Abdul-Mumin, A. R., & Wickramasinghe, N. D. (2024). Socioeconomic impacts of adolescent pregnancy on education and future employment in Batticaloa District, Sri Lanka. BMC Public Health, 24(1), 1045. https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12889-025-24108-x
- Wang, Y., et al. (2020). The adverse maternal and perinatal outcomes of adolescent pregnancy: a cross sectional study in Hebei, China. BMC Pregnancy and Childbirth, 20(183). https://bmcpregnancychildbirth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12884-020-03022-7
- World Health Organization (WHO). (2024).Maternal mortality: Fact sheet. Diakses dari [situs resmi WHO]. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality
by Aizan SS | Oct 29, 2025 | Artikel D3
Dosen Prodi Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata
Intususepsi (atau invaginasi) adalah kondisi medis serius di mana sebagian usus melipat atau “teleskopik” ke dalam bagian usus yang berdekatan. Kondisi ini menyebabkan sumbatan pada usus, menghalangi lewatnya makanan dan cairan. Lebih berbahaya lagi, intususepsi dapat memutus aliran darah ke bagian usus yang terlipat. Jika tidak segera ditangani, ini dapat menyebabkan kematian jaringan (nekrosis), infeksi parah pada rongga perut (peritonitis), hingga robeknya usus (perforasi). Kondisi ini paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak, terutama pada rentang usia 3 bulan hingga 3 tahun, dan merupakan penyebab paling umum dari obstruksi usus pada kelompok usia ini. Meskipun jarang, intususepsi juga bisa terjadi pada orang dewasa.
Gejala Khas Intususepsi
1. Nyeri Perut Mendadak dan Hebat (Kolik)
Ini adalah gejala utama. Anak yang sebelumnya sehat tiba-tiba akan menangis kencang dan tampak sangat kesakitan. Mereka mungkin akan menarik lututnya ke dada. Nyeri ini bersifat siklikal (datang dan pergi). Anak mungkin akan tenang dan tampak normal selama 15-20 menit, sebelum serangan nyeri hebat datang kembali. Seiring waktu, jeda antar serangan nyeri akan semakin singkat.
2. Muntah
Pada awalnya, anak mungkin memuntahkan sisa makanan. Namun, seiring berjalannya sumbatan, muntah dapat berubah menjadi kuning kehijauan (cairan empedu).
3. Tinja Seperti “Jeli Stroberi” (Strawberry Jelly Stool)
Ini adalah tanda yang sangat spesifik. Karena usus yang terlipat membengkak dan bergesekan, terjadi pendarahan dan keluarnya lendir. Campuran darah dan lendir ini menghasilkan tinja yang tampak khas seperti jeli berwarna merah gelap. Penting untuk dicatat bahwa gejala ini adalah gejala lanjut, jangan menunggu gejala ini muncul untuk mencari pertolongan.
Gejala Lain yang Perlu Diwaspadai:
- Lemas atau Lesu (Letargi): Anak tampak sangat lelah, pucat, dan tidak berenergi, bahkan di antara episode nyeri.
- Teraba Benjolan: Dokter atau orang tua mungkin dapat merasakan adanya benjolan berbentuk seperti sosis di area perut.
- Dehidrasi: Akibat muntah dan tidak mau minum, anak bisa cepat mengalami dehidrasi (mata cekung, mulut kering, jarang buang air kecil).
Tiga gejala klasik (nyeri perut, teraba benjolan, dan tinja berdarah) disebut sebagai “trias klasik”, meskipun tidak semua pasien mengalami ketiganya secara bersamaan.
Penyebab Intususepsi
Penyebab intususepsi seringkali berbeda antara anak-anak dan orang dewasa.
a. Pada Anak-Anak
Pada sebagian besar kasus (sekitar 90%), penyebabnya tidak diketahui secara pasti (idiopatik). Namun, kondisi ini sering dikaitkan dengan infeksi virus, seperti flu perut (gastroenteritis) atau infeksi saluran napas (seperti adenovirus). Teori yang paling umum adalah infeksi ini menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening di dalam dinding usus. Kelenjar yang bengkak ini kemudian bertindak sebagai “titik pemicu” (lead point) yang ditarik oleh gerakan normal usus, menyebabkannya terlipat.
b. Pada Orang Dewasa
Intususepsi pada orang dewasa jauh lebih jarang terjadi. Berbeda dengan anak-anak, hampir selalu ada “titik pemicu” patologis di dalam usus, seperti:
· Polip usus
· Tumor (baik jinak maupun ganas, seperti kanker usus besar)
· Jaringan parut akibat operasi sebelumnya
· Kondisi peradangan seperti penyakit Crohn
Bagaimana Dokter Memastikannya?
Karena merupakan kondisi gawat darurat, diagnosis harus dilakukan dengan cepat.
- Pemeriksaan Fisik: Dokter akan memeriksa perut untuk mencari adanya benjolan atau tanda-tanda nyeri.
- Ultrasonografi (USG) Perut: Ini adalah metode diagnostik pilihan utama dan paling akurat untuk intususepsi pada anak-anak. USG akan menunjukkan gambaran khas “tanda target” (target sign atau doughnut sign), yang merupakan penampakan usus yang terlipat dari sudut potong melintang.
- Enema (Barium atau Udara): Prosedur ini tidak hanya dapat mendiagnosis tetapi juga seringkali langsung mengobati kondisi ini.
Pengobatan
Intususepsi adalah keadaan darurat medis yang memerlukan penanganan segera.
1. Stabilisasi Pasien
Langkah pertama adalah menstabilkan pasien, terutama jika mereka mengalami dehidrasi. Ini dilakukan dengan memberikan cairan melalui infus (IV) dan memasang selang nasogastrik (NGT) melalui hidung ke lambung untuk mengurangi tekanan dan muntah.
2. Enema Terapeutik (Non-Bedah)
Ini adalah pengobatan lini pertama untuk anak-anak jika tidak ada tanda-tanda robekan usus.
· Prosedur: Dokter (radiolog) akan memasukkan selang kecil ke dalam rektum anak. Melalui selang ini, udara (enema udara) atau cairan kontras (barium enema) akan dipompakan secara perlahan.
· Cara Kerja: Tekanan dari udara atau cairan tersebut akan mendorong bagian usus yang terlipat kembali ke posisi normalnya.
· Tingkat Keberhasilan: Prosedur ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi (sekitar 80-90%) pada anak-anak jika dilakukan dengan cepat.
3. Pembedahan (Operasi) Operasi diperlukan jika:
· Enema terapeutik gagal mengembalikan posisi usus.
· Ada tanda-tanda robekan (perforasi) pada usus.
· Pasien mengalami peritonitis (infeksi rongga perut).
· Pasien adalah orang dewasa (karena kemungkinan besar penyebabnya adalah tumor yang juga perlu diangkat).
Pembedahan dapat dilakukan secara laparoskopi (teknik lubang kunci) atau bedah terbuka. Dokter akan mencoba mendorong usus kembali ke tempatnya secara manual. Jika sebagian usus sudah mati (nekrosis) karena kekurangan darah, bagian tersebut harus dipotong dan dibuang, lalu kedua ujung usus yang sehat akan disambungkan kembali.
Kesimpulan:
Intususepsi adalah kondisi serius yang bisa berakibat fatal jika ditelantarkan. Kunci dari penanganan yang sukses adalah deteksi dini. Jika anak yang berusia di bawah 3 tahun, menunjukkan gejala nyeri perut hebat yang datang dan pergi, disertai muntah dan kelesuan, jangan tunda untuk segera mencari pertolongan medis di unit gawat darurat. Mengabaikan gejala ini dengan berpikir “hanya kolik biasa” bisa sangat berbahaya. Semakin cepat ditangani, semakin besar kemungkinan usus dapat diselamatkan tanpa perlu operasi.
Referensi
1. Mayo Clinic — Intussusception: Symptoms & causes. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/intussusception/symptoms-causes/syc-20351452 Mayo Clinic
2. Merck Manual — Intussusception (Professional Version). https://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/gastrointestinal-disorders-in-neonates-and-infants/intussusception Merck Manuals
3. Radiopaedia — Intussusception. https://radiopaedia.org/articles/intussusception?lang=us Radiopaedia
4. StatPearls Publishing — Child Intussusception. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431078/ NCBI5. UpToDate — Intussusception in children: Clinical features and diagnosis. https://www.uptodate.com/contents/intussusception-in-children UpToDate
by Aizan SS | Oct 28, 2025 | Artikel D3
Dosen Prodi Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata
Olahraga selama kehamilan memiliki banyak manfaat baik untuk sang ibu maupun janin yang sedang dikandungnya. Manfaat yang bisa diperoleh ketika ibu hamil rajin berolahraga yaitu meningkatkan stamina dan kekuatan tubuh ibu hamil, membantu menjaga berat badan yang sehat, meningkatkan mood dan mengurangi stress, meningkatkan kualitas tidur, meningkatkan peredaran darah dan mempercepat pemulihan pasca persalinan. Meskipun olahraga merupakan hal yang dianjurkan untuk ibu hamil, namun sebaiknya sebelum melakukan olahraga, ibu hamil perlu ke Bidan untuk memastikan tidak ada kontraindikasi melakukan olahraga.
Ada banyak jenis olahraga yang dapat dipilih oleh ibu untuk dilakukan selama kehamilan berlangsung, seperti berjalan santai, berenang, senam hamil dan prenatal yoga. Prenatal yoga merupakan salah satu jenis olahraga yang saat ini banyak digemari. Gerakan-gerakan yang ada pada prenatal yoga telah dirancang khusus untuk ibu hamil. Dengan rutin melakukan prenatal yoga, maka beragam manfaat yang dapat dirasakan ibu yaitu mengurangi ketidaknyamanan-ketidaknyamanan selama kehamilan misalnya nyeri pada punggung, sulit tidur, sesak nafas, bengkak pada kaki dan kecemasan. Selain itu, gerakan-gerakan pada prenatal yoga mampu mempersiapkan ibu dalam menghadapi proses persalinan. Dalam sebuah hasil penelitian diterangkan bahwa gerakan pada prenatal yoga mampu membuat otot-otot pada daerah panggul menjadi lebih kuat dan lentur sehingga nantinya menjadikan proses persalinan menjadi lebih mudah dan cepat
Waktu yang tepat untuk memulai melakukan prenatal yoga yaitu saat usia kehamilan 14-16 minggu kehamilan. Ibu dapat melakukan sebanyak 2-3x dalam seminggu dengan durasi 60-90 menit setiap sesi latihan. Sebelum melakukan prenatal yoga, sebaiknya ibu memastikan diri terlebih dahulu bahwa ibu dan janin dalam kondisi yang sehat. Kondisi ibu yang tidak disarankan melakukan prenatal yoga yaitu tekanan darah di atas 140/90 mmHg, pernah mengalami perdarahan selama kehamilan, letak plasenta menutupi jalan lahir dan sering mengalami kram pada perut selama kehamilan.
Berikut ini beberapa gerakan yang umum dilakukan dalam yoga prenatal antara lain:
- Cat-Cow Pose
Pose ini terdiri dari dua gerakan yang mengalir secara bergantian, membentuk gerakan yang lembut dan mengalir antara posisi kucing (Cat Pose) dan posisi sapi (Cow Pose). Cat-Cow Pose membantu mengurangi ketegangan di bagian belakang, meningkatkan kelenturan tulang belakang, serta membantu melancarkan peredaran darah. Selain itu, pose ini juga dapat membantu mengurangi gejala ketidaknyamanan yang sering dialami selama kehamilan, seperti nyeri punggung dan ketegangan otot.
- Child’s Pose
Child’s Pose, juga dikenal sebagai Balasana dalam bahasa Sanskerta, adalah gerakan yoga yang populer dan sering dipraktekkan karena efek menenangkan dan merilekskan bagi pikiran dan tubuh. Gerakan ini sering digunakan sebagai posisi istirahat selama latihan yoga atau sebagai cara untuk mengurangi stres dan ketegangan, menenangkan pikiran serta membantu merangsang pencernaan dan mengurangi ketidaknyamanan pencernaan.
- Pelvic Tilts
Pelvic Tilts adalah gerakan sederhana yang dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan tulang belakang dan otot panggul. Gerakan ini digunakan dalam berbagai jenis latihan, termasuk yoga, pilates, dan rehabilitasi fisik, untuk memperkuat otot inti dan meningkatkan fleksibilitas panggul.
- Butterfly Stretch
Butterfly Stretch, atau dikenal sebagai gerakan kupu-kupu, adalah peregangan yang populer untuk meningkatkan fleksibilitas otot panggul dan paha. Gerakan ini sering digunakan dalam yoga, senam, dan latihan peregangan untuk meredakan ketegangan otot dan meningkatkan rentang gerak tubuh.
Olahraga selama kehamilan, termasuk yoga prenatal, sangat penting untuk menjaga kesehatan ibu dan janin. Dengan melakukan olahraga yang tepat dan dalam pengawasan yang benar, ibu hamil dapat merasakan manfaat yang luar biasa dari aktivitas fisik tersebut.
Referensi:
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). (2015). Physical Activity and Exercise During Pregnancy and the Postpartum Period.
The National Health Service (NHS). (2017). Exercise in pregnancy.Dewi, Y. V. A., & Rispiani, E. D. (2023). Prenatal Yoga Hubungan Prenatal Yoga Terhadap Proses Persalinan Di PMB Y. Jurnal Kesehatan Karya Husada, 11(2, Juni), 112-119.